MANU PUTRA BUNTET PESANTREN

Komplek Buntet Pesantren Desa Mertapada Kulon Kec. Astanajapura Kabupaten Cirebon, Jawa Barat 45181
P: - (0231) 636597 E: manuputra_buntet@yahoo.co.id

PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN

Diposting : Ami Dailami   Tanggal : 11 November 2018 12:00:59   Dibaca : 1377 Kali

Oleh : Muhamad Majdi, M.Pd (Wakil Kepala bidang Hubungan Masyarakat)

Selama 12 tahun mengenyam bangku sekolah, sulit untuk menemukan peran ulama atau santri dalam perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Padahal, sangat ironis sekali ketika faktanya ulama seperti KH. Hasyim Asy’ari atau K.H. Abbas Abdul Jamil tidak lain adalah pahlawan nasional dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia sekaligus membangun dasar negara.

Kiprah ulama ini merupakan rangkaian fakta yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Namun kenyataannya, peran sentral ulama santri pada masa revolusi kemerdekaan telah terpinggirkan bahkan dipinggirkan dalam penulisan sejarah resmi negara.

Dalam kiprahnya, diungkapkan bagaimana perlawanan para ulama dalam melawan jajahan kolonial Belanda untuk mempertahanan Indonesia dengan politik etisnya. Seperti saat ledakan perang jawa diponegoro sebelum era Mbah Hasyim Asy’ari  yang digerakkan oleh ulama dan santri. Dilanjutkan dengan gagasan brilian K.H. Hasyim Asy’ari yaitu membentuk laskar hisbullah. Laskah hisbullah ini dibentuk Mbah Hasyim untuk  mempersiapkan kemerdekaan RI sekaligus mempertahankannya.

Begitupun kiprah K.H. Abbas Abdul Jamil yang menjadi tokoh belakang layar sekaligus peran utama pada peristiwa serangan 10 November 1945 di Surabaya. Beliaulah macan dari Cirebon yang dinanti-nanti untuk menentukan hari dan jam serangan 10 November itu terjadi. Peristiwa 10 November merupakan dampak dikeluarkannya keputusan “Resolusi Jihad” yang dicetuskan oleh ulama-ulama NU. Resolusi Jihad ini telah menginspirasi segenap bangsa Indonesia untuk berjuang mengangkat senjata guna mengusir penjajah.

Bangsa Indonesia eksis meraih kemerdekaannya dengan cucuran keringat dan banjir darah para syuhada. Namun sejarawanlah yang menentukan mana yang perlu diingat dan mana yang dilupakan.

Namun, penghargaan atas jasa para pahlawan tidak terbatas hanya dengan namanya termaktub dalam buku-buku sejarah. Jasanya akan terus bernafas dalam kehidupan bangsa Indonesia, yang mana setiap nafasnya berkata bahwa merekalah yang telah merebut kemerdakaan Indonesia.